Bubur Diaduk

Bubur diaduk dan tidak aduk menjadi polemik guyonan untuk para pecinta kuliner karena perbedaan cara menikmati bubur ayam. Beberapa justifikasi dilakukan sebagai argumen pendukung masing-masing kubu mengapa melakukan itu. Alhasil, di dunia maya, tercipta polarisasi antara kedua kubu. Walaupun sekian banyak pertentangan yang terjadi. Entah kenapa saya tetap adem ayem dengan mengaduk bubur dengan sambal dan lainnya. Bukan tidak menghargai tukang bubur, tapi memang rasa nano-nano yang tercipta ketika bubur diaduk menjadi kekhasan sendiri. Mungkin bawaan lahir juga untuk menjadi pecinta bubur diaduk. Rasa khas dari bubur ayam diaduk menjadi sesuatu yang berkarakter khusus di lidah saya. Tidak perlu pilih-pilih bagian mana dulu yang harus dimakan, tapi langsung saja menyendok dari mangkok bubur merupakan satu kenikmatan tersendiri.

Cita rasa bubur diaduk itu memang bisa disebut nyeleneh karena bubur yang sudah diatur sedemikian ciamiknya oleh penjual, tanpa rasa bersalah, diaduk oleh penikmat bubur. Kadang terkekeh sendiri kalau ingat hal ini. Apalagi bentuk bubur jadi tidak karuan. Makan bubur yang jadi melebur menjadi satu. Aneh tapi nyata. Sayangnya ada pengecualian untuk sate usus maupun sate ampela itu tidak saya pisahkan dari tusuknya. Kadang bergumam, berarti saya termasuk pecinta bubur tidak diaduk karena ada bagian yang tidak saya aduk. Ini pun jadi guyonan ke teman yang menyukai makan bubur tidak diaduk bahwa saya termasuk dalam golongan mereka. Hehe..

Bubur tidak diaduk memang terlihat indah apalagi ketika ditata dengan rapih. Penggemar bubur tidak diaduk akan memakan secara berurutan sesuai dengan selera masing-masing. Maklum bubur masih dalam bentuk aslinya. Ini salah satu alasan mereka membiarkan bubur tidak diaduk. Justifikasi lainnya adalah sensasi rasa di tiap bagian memang berbeda antara satu sisi dengan sisi lainnya. Selain itu, penikmat bubur jenis ini akan membiarkan bagian terakhir yang terenak pada sendok terakhir. Hmmm. Menarik juga.

Jadi apakah memilih bubur diaduk atau tidak diaduk menjadi preferensi masing-masing orang. Tidak ada paksaan untuk memilih salah satu di antara keduanya. Atau pilih keduanya saja? It’s up to you. Keduanya adalah alternatif sarapan pagi. Jangan lupa sarapan pagi ya untuk energi aktivitas harian.

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑